I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penginderaan jauh
atau remote sensing adalah teknologi
yang mengandalkan tenaga elektromagnetik untuk mendapat informasi objek di
permukaan Bumi dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi,
dan menganalisis objek maupun fenomena tanpa menyentuh langsung objek tersebut.
Data informasi yang dihasilkan pada penginderaan jauh adalah berbentuk citra,
dan perlu diolah dengan menggunakan perangkat lunak khusus pengolah citra.
ER Mapper 7.0 adalah salah satu perangkat
lunak pengolah citra penginderaan jauh yang dapat dioperasikan pada workstation dengan sistem operasi UNIX
dan Personal Computers dengan sistem
operasi Windows 95 ke atas dan Windows NT. Perangkat lunak pengolah citra ini penting untuk dipahami cara
penggunaannya karena berperan penting sebagai alat yang dapat menyajikan data
citra dalam bentuk digital yang lebih berarti, lebih dimengerti, dan dapat
memberikan informasi kuantitatif suatu objek pada permukaan Bumi.
Pentingnya
penguasaan kemampuan mengolah data hasil citra penginderaan jauh dengan
menggunakan software ER Mapper 7.0 pada mahasiswa tersebut
menjadi latar belakang diadakannya praktikum modul 1 mata kuliah penginderaan
jauh ini.
1.2. Tujuan
·
Mahasiswa diharapkan mengetahui arti dan fungsi dari
penginderaan jauh.
·
Mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu mengoperasikan software ER Mapper 7.0 yang dapat membantu dalam proses pengolahan data
hasil dari citra penginderaan jauh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penginderaan Jauh
Penginderaan
jauh yang disingkat Inderaja, dalam bahasa Inggris disebut Remote sensing, bahasa Prancis disebut Telediction, bahasa Jerman adalah Fernerkunfung, Portugis menyebutnya dengan Sensoriamento remota, Rusia dengan Distantionaya dan Spanyol disebut Perception remota dan lain-lain. Sementara pengertian dari
penginderaan jauh sendiri menurut Lindgren dalam Somantri (2008) adalah teknik
yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi,
informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau
dipancarkan dari permukaan bumi. Wahyunto (2004) menyatakan bahwa penginderaan
jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau
fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman
obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Keunggulan data penginderaan jauh
mempunyai data historis yang baik dan memungkinkan untuk melihat perubahan
liputan lahan dari tahun ke tahun di suatu wilayah (Haryani et. al., 2012).
2.2. Citra
Citra merupakan
salah satu hasil teknologi penginderaan jauh. Citra
adalah gambaran suatu objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau hasil pengindraan yang telah
dicetak. Lebih lanjut citra dibedakan atas citra foto dan citra
non-foto. Citra foto (disebut juga foto udara) merekam dengan kamera,
perekamannya secara serentak untuk satu lembar foto udara dan menggunakan
tenaga tampak atau perluasannya (ultraviolet atau inframerah dekat). Setiap
lembar (scene) citra ini mencakup
wilayah yang sangat luas yaitu sekitar
60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha) (Wahyunto, 2004). Sementara citra
non foto merekam dengan sensor lain selain kamera (sensor yang mendasarkan atas
penyiaman atau scaning). Perekamannya bagian demi bagian dan dapat
menggunakan bagian mana pun dari seluruh jendela atmosfer, bahkan dapat
menggunakan pita serapan di
dalam penginderaan jauh (Anonim, 2012).
Menurut Anonim
(2012), citra dapat dibedakan atas berbagai dasar, yaitu:
a.
Berdasarkan spektrum elektromagnetik
yang digunakan, citra dibedakan sebagai berikut:
1.
Citra inframerah termal, citra yang dibuat dengan gelombang
inframerah termal. Penginderaan atau pengenalan karakteristik objek didasarkan
pada perbedaan rona atau warna apabila citra tersebut berwarna. Perbedaan rona
menunjukkan adanya perbedaan suhu dan daya pancar objek.
2.
Citra radar dan citra gelombang mikro, adalah citra yang
dibuat dengan gelombang radio. Citra radar menggunakan sumber tenaga buatan
seperti penyinaran pada objek. Citra gelombang mikro menggunakan sumber tenaga
alam.
a.
Berdasarkan sensornya, citra dibedakan sebagai berikut.
1.
Citra tunggal, dibuat dengan sensor tunggal atau saluran
lebar.
2.
Citra multispektral, dibuat dengan saluran jamak atau saluran
sempit.
b.
Berdasarkan sarananya, citra dikelompokkan sebagai berikut.
1.
Citra dirgantara, adalah citra yang dibuat dengan sarana di
udara. Contoh: citra inframerah termal, citra radar, dan Multi Spectral
Scanner
2.
Citra satelit, adalah citra yang dibuat dengan satelit dari
angkasa luar.
2.3. Satelit Landsat
Landsat (Land Satellites)
merupakan satelit sumberdaya bumi yang paling sering digunakan. Pada
mulanya bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite).
Pertama kali diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972 yang mengorbit hanya sampai
dengan tanggal 6 Januari 1978. Satelit Landsat mengorbit bumi selaras matahari (sunsynchronous). Bersamaan dengan waktu peluncuran ERTS-B tanggal 22 Juli 1975, National Aeronautic and Space Administration
(NASA) secara resmi mengubah program ERTS
menjadi program Landsat (untuk
membedakan dengan program satelit oseanografi ”Seasat” yang telah direncanakan) (Anonim, 2010).
Citra Landsat TM merupakan
sensor citra penginderaan jauh yang sering digunakan pada saat ini. Citra ini
mempunyai 7 saluran yang terdiri dari spektrum tampak pada saluran 1, 2, dan 3,
spektrum inframerah dekat pada saluran 4, 5, dan 7 dan spektrum inframerah
termal pada saluran 6. Resolusi spasial pada saluran 1-5 dan 7 mencapai 30
meter, sedangkan untuk saluran 6 resolusi spasial mencapai 60 meter (Raharjo,
2010).
Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM: pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan,
pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain.
Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan data Landsat TM lebih dipilih daripada data SPOT multispektral karena terdapat band inframerah menengah. Landsat
TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah termal. Data termal
diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti
variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi (Jaya, 2002).
2.4.
Karakteristik satelit Landsat
2.5.
Karaktreristik satelit IKONOS
Sejak diluncurkan
pada September 1999, Citra satelit Bumi Space
Imaging’s IKONOS menyediakan data citra yang akurat, dimana menjadi
standar untuk produk-produk data satelit
komersial yang beresolusi tinggi. IKONOS memproduksi citra 1-meter hitam dan putih
(pankromatik) dan citra 4-meter multispektral (red, blue, green dan near-infrared)
yang dapat dikombinasikan dengan
berbagai cara untuk mengakomodasikan secara luas aplikasi citra beresolusi tinggi dan menghasilkan citra yang
sangat jelas (Space Imaging, 2004).
IKONOS adalah satelit
komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan di ruang angkasa. IKONOS dimiliki oleh Space Imaging, sebuah perusahaan
observasi bumi Amerika Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya
yang diketahui: Orbview-3 (OrbImage), Quickbird (EarthWatch)
dan EROS-A1 (West Indian Space). IKONOS
diluncurkan pada September 1999 dan pengumpulan data secara regular dilakukan
sejak Maret 2000. Berikut adalah tabel karakteristik dari IKONOS berdasarkan Space
Imaging (2004):
Data IKONOS dapat digunakan untuk pemetaan
topografi dari skala kecil hingga
menengah, tidak hanya menghasilkan peta baru, tetapi juga memperbaharui peta topografi yang sudah ada.
Penggunaan potensial lain IKONOS adalah ëprecision agricultureí; hal ini digambarkan pada pengaturan band multispektral, dimana mencakup band
inframerah dekat (near-infrared) (Janssen
& Huurneman, 2001).
2.6.
ER Mapper
ER
Mapper 7.0 adalah salah satu perangkat lunak pengolah citra
penginderaan jauh yang dapat dioperasikan pada workstation dengan sistem operasi UNIX dan Personal Computers dengan sistem operasi Windows 95 ke atas dan Windows
NT. Perangkat lunak pengolah citra ini penting untuk dipahami cara
penggunaannya karena berperan penting sebagai alat yang dapat menyajikan data
citra dalam bentuk digital yang lebih berarti, lebih dimengerti, dan dapat
memberikan informasi kuantitatif suatu objek pada permukaan Bumi. ER Mapper 7.0 mengembangkan metode
pengolahan citra terbaru dengan pendekatan yang interaktif, dimana kita dapat
langsung melihat hasil dari setiap perlakuan terhadap citra pada monitor
komputer. ER Mapper 7.0 memberikan
kemudahan dalam pengolahan data sehingga kita dapat mengkombinasikan berbagai
operasi pengolahan citra dan hasilnya dapat langsung terlihat tanpa menunggu
komputer menuliskannya menjadi file
yang baru. Cara pengolahan ini dalam ER
Mapper 7.0 disebut algoritma (Oocities, 2007).
Algoritma
adalah rangkaian tahap demi tahap pemrosesan atau perintah dalam ER Mapper 7.0 yang digunakan untuk
melakukan transformasi data asli dari harddisk
sampai proses atau instruksinya selesai. Dengan algoritma, kita dapat melihat
hasil yang kita kerjakan di monitor, menyimpannya ke dalam media penyimpan (harddisk, dll), memanggil ulang, atau
mengubahnya, setiap saat.
Oleh karena
algoritma hanya berisi rangkaian proses, maka file dari algoritma ukurannya sangat kecil, hanya beberapa kilobyte sampai beberapa megabyte, tergantung besarnya proses
yang kita lakukan, sehingga sangat menghemat ruang harddisk. Dan oleh karena file
algoritma berukuran kecil, maka proses penayangan citra menjadi relatif lebih
cepat. Hal ini membuat waktu pengolahan menjadi lebih cepat. Konsep Algoritma
ini adalah salah satu keunggulan ER
Mapper 7.0. Selain itu, beberapa kekhususan lain yang dimiliki ER Mapper 7.0 adalah :
·
Didukung dengan 130
format pengimpor data
·
Didukung dengan 250
format pencetakan data keluaran
·
Visualisasi tiga
dimensi
·
Adanya fasilitas Dynamic Links, yaitu fasilitas khusus ER Mapper yang membuat pengguna dapat
langsung menampilkan data file
eksternal pada citra tanpa perlu mengimpornya terlebih dahulu. Data-data yang
dapat dihubungkan termasuk kedalam format file
yang populer seperti ARC/INFO, Oracle, serta format file standar seperti DXF, DON dll.
Selain
kelebihan-kelebihan di atas, ER Mapper
7.0 memiliki keterbatasan, yaitu:
·
Terbatasnya format
pengekspor data
·
Data yang mampu
ditanganinya adalah data 8 bit
(Oocities, 2007)
2.7.
RGB
Software pengolah citra umumnya hanya mampu menampilkan data citra yang
mempunyai beberapa band secara 3 dimensi, yaitu 3 band yang ditampilkan bersama-sama dalam mode warna RGB, yaitu ada band-band yang diproyeksikan pada warna merah (red), hijau (green) dan
biru (blue). Ini karena layar monitor
menghasilkan warna-warna dengan iluminasi fosfor merah, hijau, dan biru untuk
setiap pixel-nya (Kontur Geografi,
2008).
RGB merupakan salah satu
fasilitas dalam melakukan interpretasi citra. Variasi nilai pada suatu
koordinat pixel yang sama akan
mempengaruhi intensitas masing-masing warna yang muncul dilayar komputer. Efek
dari proses ini adalah tampilnya citra dengan warna-warna pada obyek-obyeknya.
Warna-warna obyek sangat tergantung dari kombinasi saluran yang digunakan dalam
penampilan tersebut. Tampilan citra ini sering pula disebut dengan tampilan
multispektral (Anonim, 2010)
2.8.
Geolinking
Geolinking adalah
menghubungkan dua atau lebih window image dalam
ruang koordinat geografik. Hal ini bisa sangat berguna untuk visualisasi dari
area geografik yang sama dengan tipe image yang
berbeda atau algoritma pemrosesan yang berbeda, dan banyak aplikasi lain.
Apabila image sudah
diregistrasi, maka image tersebut
bisa dihubungkan secara geografik dengan window
image lain. Dengan demikian kita dapat dengan mudah membandingkan atau
melakukan tindakan terhadap dua objek sekaligus. Geolinking hanya bisa digunakan pada beberapa citra yang mempunyai
koordinat sama (citra yang telah ter-georeference)
(Wikipedia, 2013).
Berdasarkan
Anonim (2010), terdapat beberapa jenis Geolink
pada aplikasi ER Mapper 7.0:
·
Window Link dari dua atau lebih window citra untuk memperlihatkan
cakupan geografis yang sama. Zooming
atau panning dalam satu window akan menyebabkan operasi yang
sama pada window lain yang terhubung.
·
Screen Link window citra dengan sebuah
citra “master” yang berfungsi sebagai
sebuah lembaran peta virtual pada layar. Window
yang terhubung akan memperlihatkan cakupan geografis dari citra-citra tersebut
secara relatif terhadap window master.
·
Overview Zoom Link antara window citra dengan sebuah control window “master”. Membuat sebuah kotak zoom pada control window menyebabkan window-window
menge-zoom ke area yang
didefinisikan.
·
Overview Roam Link antara window citra dengan sebuah control window “master”. Menge-drag mouse
pada control window menyebabkan window untuk menge-pan (atau roam) sehingga
posisi titik pusat sama dengan posisi mouse
pada control window.
2.6 Band 6