Kamis, 03 Januari 2013

Faktor Density Independency dan Pola Rekrutmen dalam Biologi Perikanan

1. faktor density independent

faktor density independent adalah setiap faktor pembatas populasi yang efeknya tidak tergantung pada jumlah individu dalam populasi. Faktor abiotik biasanya dan termasuk  peristiwa cuaca. peristiwa cuaca yang membatasi populasi termasuk kekeringan atau banjir, panas atau dingin yang ekstrim, tornado, badai dan gempa bumi, yang akan membunuh semua anggota populasi terlepas dari apakah populasi kecil atau besar.
  
 2. Rekrutmen

Rekrutmen merupakan penambahan individu dalam suatu populasi. Rekrutmen bersifat positif atau menambah jumlah stok. Rekrutmen akan menambah jumlah dan biomassa suatu populasi.
Rekrutmen berasal dari kelahiran (natalitas). Rekrutmen juga dimungkinkan dengan datangnya atau masuknya individu sejenis yang berasal dari daerah lain, misalnya pada ikan–ikan peruaya. Secara buatan (campur tangan manusia), rekrutmen dilakukan dengan penebaran benih ke suatu daerah perairan (restocking) yang telah mengalami kekurangan stok suatu jenis ikan.

Hubungan  faktor density independent dengan Rekrutmen dalam Biologi Perikanan

yang dapat saya simpulkan dari dua pernyataan diatas bahwa semakin banyaknya faktor density independent di dalam perairan akan mengakibatkan berkurangnya suatu populasi organisme akuatik secara perlahan dalam skala kecil maupun besar, berkurangnya populasi ini secara langsung akan berdampak negatif pada proses rekrutmen yang sedang terjadi di wilayah perairan tersebut. Hubungan faktor density independent dengan Rekrutmen saling berlawanan. faktor density independent dapat mengurangi jumlah individu dari suatu populasi sedangkan Rekrutmen menambahkan jumlah individu ke suatu populasi.

iklim akan memberikan tekanan pada lingkungan perairan yang mengakibatkan perubahan kemampuan produktivitas, kualitas dan kuantitas air. Seluruh ekosistem terpengaruh oleh perubahan iklim. ekosistem akuatik merupakan ekosistem terancam spesiesnya akibat perubahan iklim.

Rabu, 02 Januari 2013

pola natalitas kerang mutiara

rangkuman dari jurnal yang berjudul "STUDI PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PADA DEDALAMAN BERBEDA DI TELUK KAPONTORI, PULAU BUTON"




di Teluk Kapontori yang terletak di Pulau Buton ini memiliki potensi sumberdaya laut yang cukup besar, salah satu jenis diantaranya adalah kerag mutiara (Pinctada maxima). usaha budidaya kerang mutiara mulai melemah, terutama perusahaan skala kecil yang belum memiliki laboratotium sendiri untuk melakukan breeding. selain itu juga disebakan adanya penurunan harga mutiara yang sangat tajam. disebabkan kematian masal anakan kerang mutiara yang terjadi di daerah Nusa Tenggara Barat.

pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara sangat dipengaruhi oleh faktor penting yaitu suhu dan ketersediaan makanan. kerang mutiara tidak memiliki laju pertumbuhan yang nyata saat kkondisi suhu rendah dan memiliki laju pertumbuhan yang maximum saat kondisi suhu optimum (musim panas). laju pertumbuhan kerang mutiara pada saat musim dingin akan mengalami nilai negatif atau bahkan kematian.

pada jurnal ini, disampaika bahwa keberhasilan pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan kerang mutiara yang diletakkan pada kedalaman 2 m diakibatkan  kondisi lingkungan terutama suhu yang sesuai dengan persyaratan hidup anakan kerang mutiara. selain itu ada faktor pendukung utama lainnya yaitu ketersediaan pakan alami (fitoplankton yang cukup melimpah pada lapisan permukaan. pengaruh kecepatan arus juga bisa jadi merupakan salah satu yang berpengaruh pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan kerang mutiara. hal ini akan berkorelasi dengan peningkatan ketersediaan pakan dan faktor fisiologi dan ekologi yang lebih sesuai terhadap perkembangan adan pertumbuhan anakan kerang mutiara. 

laju pertumbuhan anakan kerang mutiara meliputi panjang cangkang, tebal cangkang, dan berat basah pada kedalaman 2 m (sesuai penelitian). teritip yang menempel pada cangkang kerang ini bersifat parasit dan dapat menghambat pertumbuhan kerang mutiara, karena dapat merusak susunan kulit cangkang dan berdampak pada kematian bila tidak cepat dibersihkan.